Danhal ini yang dilakukan oleh Nawawi muda saat belajar kepada Kyai Arwani yang merupakan besan dari KH. Abdullah Salam, Kajen Pati (mertua KH. Ulin Nuha Arwani) dan KH. Sya'roni Ahmadi, Kudus (Mertua KH. Ulil Albab Arwani) tersebut. "Abah Ngaji kepada Mbah Arwani selepas beliau mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an kepada KH.
MURIANEWS, Kudus – Kabar duka datang dari Kota Kretek. Istri dari KH Ulin Nuha Arwani yang juga pengasuh Ponpes Yanbu’ul Quran Kudus Bu Nyai Hj Ismah wafat, Jumat 18/9/2020 malam. Ketua Pimpinan Anak Cabang PAC Gerakan Pemuda GP Ansor Kota, Kudus M Fathul Munif membenarkan hal tersebut. Munif pun mendapat kabar jika Bu Nyai Ismah menghembuskan napas terakhir sekitar pukul WIB. “Benar mas, saya mendapat kabar tadi sekitar pukul setengah sembilan,” ucap dia via pesan singkat WhatsApp, Jumat malam. Untuk pemakaman sendiri, kata Munif, dia mendapat info jika akan dilangsungkan malam Ini. Atau tepatnya, sekitar pukul WIB. “Kalau untuk gerahnya sakitnya apa saya kurang tahu,” ujarnya. Pihaknya pun atas nama pribadi maupun atas nama PAC GP Ansor Kota mengucapkan berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas berpulangnya Bu Nyai Ismah. “Beliau orang yang sangat baik,” jelasnya. Sementara itu, beredar pesan singkat dari pihak keluarga yang berisikan harapan untuk santri dan masyarakat agar tidak takziah ke rumah duka. Hal tersebut, dilakukan untuk menghormati protokoler kesehatan dari pemerintah. Reporter Anggara Jiwandhana Editor Ali Muntoha
GusBaha & KH. Ulin Nuha Arwani Kudus - 16 November 2019#GusBaha #KiaiUlin #NgajiBareng Biografi KH. M. Arwani Amin © Selain dikenal dengan sebutan Kota Kretek, Kudus juga dikenal sebagai Kota Religius atau lebih medasar lagi dikenal dengan sebutan Kota Santri. Pasalnya, banyak di antara santri yang menuntut ilmu di kota yang kharismatik yang menjadi panutan masyarakat sekitar Kudus. Di antara sekian banyak ulama di kota Kudus banyak ulama di kota Kudus yang menjadi tauladan bagi masyarakat adalah beliau al-Maghfurlah KH. M. Arwani Amin. Sekitar lebih 100 meter di sebelah selatan Masjid Menara Kudus, tepatnya di Desa Madureksan, Kerjasan, dulu tersebutlah pasangan keluarga shaleh yang sangat mencintai al-Qur’an. Pasangan keluarga ini adalah KH. Amin Sa’id dan Hj. Wanifah. KH. Amin Sa’id ini sangat dikenal di Kudus kulon terutama di kalangan santri, karena beliau memiliki sebuah toko kitab yang cukup dikenal, yaitu toko kitab al-Amin. Dari hasil berdagang inilah, kehidupan keluarga mereka tercukupi. Yang menarik adalah, meski keduanya H. Amin Sa’id dan istrinya tidak hafal al-Qur’an, namun mereka sangat gemar membaca al-Qur’an. Kegemarannya membaca al-Qur’an ini, hingga dalam seminggu mereka bisa khatam satu kali. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh orang kebanyakan, bahkan oleh orang yang hafal al-Qur’an sekalipun. Kelahiran KH. M. Arwani Amin Said KH. M. Arawani Amin Said dilahirkan pada hari Selasa Kliwon pukul siang tangga l5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5 September 1905 M di kampung Kerjasan Kota Kudus Jawa Tengah. Ayah beliau bernama H. Amin Said dan ibunya bernama Sebenarnya nama asli beliau adalah Arwan, akan tetapi setelah beliau menunaikan ibadah haji yang pertama namanya diganti menjadi Arwani. Dan hingga wafat beliau dikenal memiliki nama lengkap sebagai KH. M. Arawani Amin Said dan panggilan akrabnya adalah Mbah Arwani Kudus. Arwan adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Kakaknya yang pertama seorang perempuan bernama Muzainah. Sementara adik-adiknya secara berurutan adalah Farkhan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhak dan Ulya. Dari kedua belas ini, ada tiga yang paling menonjol, yaitu Arwan, Farkhan dan Ahmad Da’in, ketiga-tiganya hafal al-Qur’an. Dari sekian saudara KH. M. Arwani Amin, yang dikenal sama-sama menekuni al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in. Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius, karena beliau sudah hafal al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwan yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal Hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu lebih tekun belajar. Arwan kecil hidup di lingkungan yang sangat taat beragama religius. Kakek dari ayahnya adalah salah satu ulama besar di Kudus, yaitu KH. Imam Haramain. Sementara garis nasabnya dari ibu, sampai pada pahlawan nasional yang juga ulama besar Pangeran Dipenegoro yang bernama kecil Raden Mas Ontowiryo. Kehidupan Keluarga KH. M. Arwani Amin Ayahanda Mbah Arwani yaitu H. Amin Said adalah seorang kiyai yang cukup disegani dan dihormati oleh masyarakat disekitar beliau tinggal. Meskipun ayah dan bunda beliau tidak hafal al-Qur’an, namun tempat tinggal beliau dikenal sebagai rumah al-Qur’an, karena setiap pekan mereka selalu mengkhatamkan al-Qur’an. Istri beliau bernama Ibu Nyai Hj. Naqiyul Khud. Beliau menikah pada tahun 1935 M dimana pada saat itu status beliau adalah seorang santri dari pondok pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Ibu Naqi adalah putri dari H. Abdul Hamid, seorang pedagang kitab. Tokonya sekarang masih ada,bahkan semakin berkembang. Beliau memiliki empat orang anak yaitu Ummi dan Zukhali Uliya meninggal saat masih bayi serta KH. M. A. Ulin Nuha Arwani dan KH. M. A. Ulil Albab Arwani. Masa Menuntut Ilmu KH. M. Arwani Amin Said KH. M. Arwani Amin dan adik-adiknya sejak kecil hanya mengenyam pendidikan di madrasah dan pondok pesantren. Arwani kecil memulai pendidikannya di Madrasah Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah utara Menara Kudus. Beliau masuk di madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun. Madrasah ini merupakan madrasah tertua yang ada di Kudus yang didirikan oleh Syarikat Islam SI pada tahun 1912. Salah satu pimpinan madrasah ini di awal-awal didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad. Setelah sudah semakin beranjak dewasa, akhirnya memutuskan untuk meneruskan ilmu agama Islam ke berbagai pesantren di tanah Jawa, seperti Solo, Jombang, Jogjakarta dan sebagainya. Dari perjalanannya berkelana dari satu pesantren ke pesantren itu, talah mempertemukannya dengan banyak kiai yang akhirnya menjadi gurunya masyayikh. Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin diantaranya adalah KH. Abdullah Sajad Kudus, KH. Imam Haramain Kudus, KH. Ridhwan Asnawi Kudus, KH. Hasyim Asy’ari Jombang, KH. Muhammad Manshur Solo, KH. M. Munawir Yogyakarta dan lain-lain. 5. Kepribadian KH. M. Arwani Amin Said Selama berkelana mencari ilmu baik di Kudus maupun di berbagai pondok pesantren yang disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai pribadi yang santun dan cerdas karena kecerdasannya dan sopan santunnya yang halus itulah, maka banyak kiainya yang terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH. M. Arwani Amin sering dimintai oleh kiainya membantu mengajar santri-santri lain. Lalu memunculkan rasa sayang di hati para kiainya. Beliau hidup di lingkungan masyarakat santri yang sangat ketat dalam menghayati dan mengamalkan agama. Oleh karena itu wajar saja jika beliau tumbuh menjadi seorang yang memiliki perangai halus, sangat berbakti kepada kedua orang tua, mempunyai solidaritas yang tinggi, rasa setia kawan dan suka mengalah tapi tegas dalam memegang prinsip. Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu. Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara dari pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari kotanya sendiri yaitu Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo, Pesantren Tebu Ireng Jombang, Pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren Popongan Solo. Sekitar tahun 1935, KH. Arwani Amin pun melaksanakan pernikahan dengan salah satu seorang putri Kudus, yang kebetulan cucu dari guru atau kiainya sendiri yaitu KH. Abdullah Sajad. Perempuan sholehah yang disunting oleh beliu adalah ibu Naqiyul Khud. Dari pernikahannya dengan ibu Naqiyul Khud ini, KH. M. Arwani Amin diberi dua putrid dan dua putra. Putri pertama dan kedua beliau adalah Ummi dan Zukhali Ulya, namun kedua putri beliau ini menginggal dunia sewaktu masih bayi. Yang tinggal sampai kini adalah kedua putra beliau yang kelak meneruskan perjuangan KH. M. Arwani Amin dalam mengelola pondok pesantren yang didirikannya. Kedua putra beliau adalah KH. Ulin Nuha Gus Ulin dan KH. Ulil Albab Arwani Gus Bab. Kelak, dalam menahkodai pesantren itu, mereka dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah satu khadam KH. M. Arwani Amin yang kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya. 6. Perjuangan KH. M. Arwani Amin Said Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus yaitu setamat beliau nyantri dari pesantren al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar kota Kudus. Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit santri beliau semakin bertambah banyak dan bukan hanya dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang berasal dari luar propinsi bahkan dari luar pulau Jawa. Kemudian beliau membangun sebuah pondok pesantren yang diberi nama Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber al-Quran. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1393 H/1979 M. KH. M. Arwani Amin meninggalkan sebuah kitab yang diberi nama Faidh al-Barakat fi as-Sabi’a Qira’at. Semasa hidupnya beliau juga mengajarkan Thariqat Naqsabandiyah Kholidiah yang pusat kegiatannya bertempat di mesjid Kwanaran. Beliau memilih tempat ini karena suasana di sekeliling cukup sepi dan sejuk. Disamping itu tempatnya dekat perumahan dan sungai Gelis yang airnya jernih untuk membantu penyediaan air untuk para peserta kholwat. KH. M. Arwani amin juga pernah menjadi pimpinan Jam’iyah Ahli ath-Thariqat al-Mu’tabarah yang didirikan oleh para kyai pada tanggal 10 Oktobrr 1957 M. Dan dalam Mu’tamar NU 1979 di Semarang nama tersebut diubah menjadi Jam’iyyah Ahl ath-Thariqat al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah JATMAN. 7. Kelebihan KH. M. Arwani Amin Said KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai seorang ulama yang sangat tekun dalam beribadah. Dalam melaksanakan sholat wajib beliau selalu tepat waktu dan senantiasa berjamaah meskipun dalam keadaan sakit. Kebiasaan tersebut sudah beliau jalani sejak berada di pesantren. Sewaktu masih belajar Qiraat Sab’ah pada KH. Munawir di Krapyak yang pelajarannya dimulai pada pukul dinihari sampai menjelang Shubuh beliau sudah siap pada pukul malam. Dan sambil menunggu waktu pelajaran dimulai beliau manfaatkan untuk melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah beliau kembali dan bermukim di Kudus. Biasanya beliau mulai tidur pukul WIB dan bangun pukul WIB. Kemudian dilanjutkan melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Apabila sudah lelah kemudian tidur lagi kira-kira selama satu sampai dua jam kemudian bangun lagi untuk melaksanakan sholat dan dzikir, begitu setiap malamya sehingga bila dikalkulasi beliau hanya tidur dua sampai tiga jam setiap malamnya KH. M. Arwani Amin Said dikenal oleh msyarakat di sekitarnya sebagai seorang ulama yang memiliki kelebihan yang luar biasa. Banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang wali,beberapa santrinya mengatakan bahwa Amin memiliki indra keenam dan mengetahui apa yang akan terjadi dan melihat apa yang tidak terlihat. Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca al-Qur’an. Dimana orangtuanya selalu menghatamkan membaca al-Qur’an meski tidak hafal. Selain barokah orantuanya yang cinta kepada al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama. Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawarinya akan dijadikan menantu. Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal, orang tuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani KH. Haramain pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyul Khud pada 1935. Bu Naqi adalah puteri dari H. Abdul Hamid bin KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri. 8. Anak Didik KH. M. Arwani Amin Said Ribuan murid telah lahir dari pondok yang dirintis KH. M. Arwani Amin tersebut. Banyak dari mereka yang menjadi ulama dan tokoh. Sebut saja diantara murid-murid KH. M. Arwani Amin yang menjadi ulama adalah 1 KH. Sya’roni Ahmadi Kudus 2 KH. Hisyam Kudus 3 KH. Abdullah Salam Kajen 4 KH. Muhammad Manshur 5 KH. Muharror Ali Blora 6 KH. Najib Abdul Qodir Jogja 7 KH. Nawawi Bantul 8 KH. Marwan Mranggen 9 KH. A. Hafidz Mojokerto 10 KH. Abdullah Umar Semarang 11 KH. Hasan Mangli Magelang 9. KH. M. Arwani Amin Said Berpulang ke Rahmatullah Dengan keharuman namanya dan berbagai pujian dan sanjungan penuh rasa hormat dan ta’dzim atas kealimannya, beliu wafat pada taggal 25 Rabiul Akhir tahun 1415 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober tahun 1994 M dalam usia 92 tahun dalam hitungan Hijriyah. Beliau dimakamkan di komplek Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Slebewww.. GUS ULIN NUHA Lombok Rawit Pedes tenan GOlek Duit Kanggo Lamaran Sinten Gus..Mohon ma'af Apabila Kualitas Gambar dan Audio Kurang MemuaskanKritik

KH Ulin Nuha Arwani Kudus - Menjadi penghafal Al-Quran saja tidaklah cukup. Membaca Al-Quran juga memiliki etika dengan haqqa tilawatih, Demikian pesan KH Ulin Nuha Arwahi dalam Haflah Khatmil Qur'an PP Al Badriyyah Suburan Mranggen Kabupaten Demak, Ahad 22/04/2018. "Mengaji dan mempelajari Al-Quran itu harus sampai tahqiq atau haqq tilawatih," tutur Kiai Ulin. "Baik dengan lisan, yakni membacanya dengan ilmu tajwid, dengan akal, yakni mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an, dan dengan hati, yakni memahami dan mengaplikasikan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” imbuh Kiai asal Kudus ini menjelaskan. Lebih lanjut putra KH Arwani Amin AH ini berpesan, "Al-Qur'an yang telah dipelajari, usahakan selalu dibaca sesuai ajaran yang telah diterima dari guru beserta adab-adabnya". Beliau menerangkan maksud dari shahibul Qur'an dalam sebuah kitab tafsir yaitu orang yang mulazim litilawatih yakni orang yang selalu membacanya, mutakhalliq biakhlaqih yakni mempunyai adab sebagaimana yang diajarkan Al-Qur'an, dan wal amilu bih yakni mengamalkan dawuh-dawuh Al-Qur'an. Pengasuh PP Al Badriyyah, KH Muhibbin Muhsin AH menegaskan pesan Kiai Ulin tersebut. Pada para santri, Kiai Muhibbin berpesan agar para santri memiliki akhlak seperti dalam ajaran Al-Qur’an, selalu tawadhu’, dan mengabdi kepada guru atau kiai supaya mendapat keberkahan dalam hidupnya. Haflah yang dihadiri ribuan santri dan alumi, merupakan wisuda khatmil qur'an ke 42 ini terdiri dari khatam bil ghaib hafal 30 juz sejumlah 9 santri putra dan putri, khatam binnadzar membaca 30 juz 40 santri putra dan 64 santri putri, dan juz amma putra 37 santri, dan juz amma putri sebanyak 90 santri. [

UlinNuha Arwani, KH. Ulil Albab Arwani, dan KH. M. Manshur Maskan (alm). Hal ini dilakukan karena sebagai upaya agar tidak terjadi putusnya hubungan keakraban antara alumni dengan Pondok Pesantren Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Kudus, maka para alumni mengusulkan untuk menyusun Kitab Yanbu'a dan menjadi sebuah awal metode tersebut lahir. Dan

Data de nascimento 1968, novembro-22 Era 52 anos Nação de nascimento Estados Unidos da America Altura 5 pés 9 polegadas Nome Khalil Kain Pai Gylan Cain Nacionalidade americano Local / Cidade de Nascimento Nova York, Nova York Etnia Branco Patrimônio líquido $ 1 milhão Casado com Elise Lyon Cresci em uma família de ascendência chinesa e afro-americana, Khalil Kain é umAtor e rapper americano, ativo na indústria do entretenimento desde 1984. Ele é mais conhecido por papéis em Suco e Amigas . Além disso, ele é conhecido por sua interpretação de Marvin Cox na comédia romântica de 1997, 'Love Jones'. Filho do Poeta Gylan Kain Khalil Kain nasceu Khaliloeron Kain em 22 de novembro de 1964, sob o signo de nascimento Sagitário, na cidade de Nova York, Estados Unidos. Ele é descendente de afro-americanos e chineses e é americano de acordo com sua nacionalidade. O pai dele Gylan Cain é poeta, dramaturgo, artista musical, que também é um dos membros fundadores da Os Últimos Poetas Originais . Veja esta postagem no Instagram Feliz Dia das Mães para minha mamãe junho. Nós todos te amamos muito. Obrigado por cada sacrifício que você já teve que fazer pelo amor de seus filhos. Agradecemos você. Uma postagem compartilhada por Khalil Kain khalilkain em 14 de maio de 2017 às 9h52 PDT Além disso, ele foi criado no Lower East Side de Nova York, junto com sua irmã, Amber Kain, que também é atriz, principalmente estrelas em peças de teatro. Ele foi para a Universidade de Nova York para se formar. Além disso, ele também é um artista marcial treinado; obteve uma faixa preta na arte marcial coreana. Carreira de ator Khalil Kain começou sua carreira de ator com sua aparição no filme de suspense policial americano de 1992,Suco, junto com Tupac Shakur , Omar Epps , Jermaine Hopkins , e muitos outros. Ele então atuou como Roosevelt Nathaniel Hobbs na peça de comédia de 1994,Homem renascentista. Depois, ele trabalhou em alguns papéis menores em vários filmes, comoDe repente, Susan, Blue Bloods, Baadasssss !, Living Single, Moesha, Sister, Sister,e muitos mais. LEGENDA Khalil Kain com a esposa Elise LyonFONTE Biografia de casadoNo passado, Merwin Mondesir , o ator canadense declarou Kain como gay em sua postagem na mídia social, no entanto, nenhum site oficial abordou o boato. Além disso, ele é um homem casado e feliz e isso fechou todas as questões que surgiram sobre sua sexualidade.

Siapayang tidak kenal Kyai Arwani Kudus. Beliau merupakan ulama yang populer di Indonesia, terlebih di Pulau Jawa. Murid dari Kiai Muhammad Munawir, Krapyak, Yogyakarta ini juga dikenal sebagai kiai ngabéhi yang berasal dari bahasa Jawa kabeh. Kabeh artinya semua. Makara ngabéhi memiliki arti menyeluruh/menguasai. O papel não era para ele. Quando procuravam um ator para interpretar Greg Hirsch, um sujeito de cerca de 26 anos, inocente e desajeitado, que viajava de sua cidade para o epicentro da batalha shakespeareana entre membros da disfuncional família Roy, não pensavam em Kieran Culkin Nova York, 39 anos. Quando recebeu o roteiro do piloto da série em 2016 tinha 35. A série era Succession, título que pode ser traduzido como “sucessão”, mas que também joga com a palavra “sucesso” em inglês success, cuja terceira e aguardadíssima temporada acaba de estrear na HBO. Um complexo emaranhado de intrigas, tramadas em luxuosos escritórios no centro de Manhattan, para controlar o império de comunicação Waystar Culkin se sentia velho demais para se colocar na pele daquele personagem, que acabou nas mãos de outro ator, Nicholas Braun. Mas estava gostando do texto o suficiente para continuar lendo. Foi assim que encontrou o personagem que mudaria sua vida Roman Roy, o filho mais novo da família, irreverente e provocador, aparentemente imaturo, mas com uma aguda inteligência que vai se tornando mais patente à medida que a trama avança. “A primeira coisa que Roman dizia quando aparecia em cena era Olá, olá, canalhas’”, contou em uma entrevista ao The Guardian. “Achei muito engraçado o jeito como ele falava. E embora eles ainda não estivessem procurando atores para interpretar Roman, escolhi as três cenas de que mais gostei, gravei-me interpretando-as e enviei o vídeo para o meu agente. Jessy Armstrong [o criador da série] as viu e decidiu me contratar.”Desde a estreia em 2018, Succession se tornou uma série cult e uma obsessão mundial que vai muito além da ficção a forma como os personagens se vestem é analisada como um reflexo fiel da forma como os ricos de verdade se vestem. No ano passado, ganhou sete prêmios Emmy, entre eles o de melhor série dramática, e fez Kieran sentir, depois de 23 filmes, várias séries de televisão e respectivas indicações para o Emmy e o Globo de Ouro, que definitivamente quer ser ator. “Lembro-me do momento exato em que senti isso”, explicou ao The Hollywood Reporter. “Foi ao terminar de rodar a primeira temporada. Estava voltando para casa e pensei É isso que quero fazer da minha vida. Acho que quero ser ator’. Tinha 36 anos. Há 30 anos venho me dedicando a isto”.Kieran Culkin o menor posa em Paris com o irmão Macaulay; a mãe, Patricia Bretnup, e o pai, Christopher Kit’ Culkin, no Natal de 1990. Francis Apesteguy Getty ImagesA atitude de Kieran em relação à sua profissão e essa incapacidade quase patológica de se considerar um bom ator ou sequer querer se tornar um, apesar de seu enorme talento, pode surpreender. Mas se entende se olharmos seu sobrenome os Culkin eram uma família dominada por um pai tirânico clássica fábula do ator fracassado que tenta se realizar por meio de sua prole e por casualidade Kieran conheceu muito cedo a fama, não a própria, mas a do irmão, que se tornou uma das estrelas infantis mais brilhantes e problemáticas do século XX. Seu nome era delesA história da saga cinematográfica dos Culkin começa em um minúsculo apartamento em Manhattan, na rua 94 com a Segunda Avenida. “Mal dava para um casal morar”, disse Kieran à Vanity Fair em 2018. “Era simplesmente um corredor, sem portas, exceto a do banheiro, sem trinco. Naquele apartamento meus pais criaram sete filhos [Shane, Dakota, Macaulay, Kieran, Quinn, Christian e Rory]”.“Alguns iam para a escola, outros não”, acrescentou Culkin. “Assistíamos a combates de luta livre na televisão o tempo todo [...] e então Shane, Mac [Macaulay] e eu imitávamos os lutadores.” Os quatro irmãos mais velhos nunca terminaram o ensino médio, apesar dos esforços da mãe, Patricia, em manter algo semelhante a uma vida familiar convencional reunindo todos na hora das refeições, montando a árvore de Natal ou comemorando o Dia de Ação de atitude do pai, Christopher Cornelius Kit Culkin, era muito diferente e acabou determinando a vida dos filhos. Kit nasceu em Nova York e teve uma breve carreira como ator infantil. Dividiu o palco com Laurence Olivier em Beckett e com Richard Burton em Hamlet na década de sessenta. Apesar de que aquilo durou pouco e ele acabou trabalhando como sacristão em uma igreja, nunca rompeu completamente seus laços com o mundo do espetáculo. Kieran recordaria “Alguns amigos dos meus pais tinham um pequeno teatro, o Light Opera, em Manhattan, e cada vez que precisavam de uma criança para alguma de suas peças, meu pai lhes perguntava De que idade e de que gênero?’. Tinham sete para escolher. Éramos como adereços para aquelas obras”, diz Culkin posa com parte do elenco de Sempre amigos’ na estreia, em 1998. Entre as outras estrelas do filme, Sharon Stone de branco, Gillian Anderson e Harry Dean Stanton à direita. WireImageFoi assim que os Culkin entraram em contato com a atuação, sem escolha possível. Kieran nunca estudou interpretação. Não lhe fez falta. A insistência paterna fez com que todos os Culkin acabassem trabalhando mais cedo ou mais tarde na indústria do espetáculo. De fato, no caso de vários dos irmãos, essa carreira começou diretamente contra a vontade deles. Foi o caso de Dakota Culkin, Cody para a família, que morreu em um acidente de trânsito em 2008. Uma morte que mergulhou Kieran em uma profunda tristeza que mais uma vez o afastou de sua profissão durante um tempo. O ator reconheceu que considerou sua irmã uma de suas maiores inspirações para interpretar Roman Roy. “Cody era a pessoa mais engraçada da família, ela tinha um senso de humor sombrio e arrevesado.”Mas o membro da família que trouxe Kit de volta à indústria do espetáculo foi Macaulay. Esqueceram de mim 1990, em que Kieran estreou na tela grande interpretando um dos filhos da família, fez de Macaulay a maior estrela infantil desde Shirley Temple e a primeira criança a ganhar um milhão de dólares por seu papel seguinte, o de Thomas, em 1991, no filme Meu primeiro quarto só para eleLogo a família se mudou para uma bela casa no Upper East Side, onde cada uma das crianças pôde ter seu próprio quarto. Kit, focado na fulgurante carreira de Macaulay, assumiu o controle. Em 1993, a revista Premiere classificou o patriarca dos Culkin como o 48º personagem mais importante de Hollywood, à frente de personalidades como Michael Douglas e Eddie Murphy. Logo ele também se tornou uma das pessoas que despertavam mais receio na indústria cinematográfica. Kit era despótico e implacável com os estúdios, exigindo cada vez mais dinheiro e mais controle criativo sobre os filmes de que o filho uma entrevista ao célebre podcast WTF de Marc Maron, Macaulay contou como o pai tinha sido um tirano com ele e seus irmãos, humilhando e ameaçando os filhos continuamente e provocando, em última instância, que o menino abandonasse a interpretação e se emancipasse dos pais em 1995, quando sua carreira estava apenas começando. Kieran reconheceu que o pai nunca se comportou tão mal com ele quanto com o irmão, “mas meu pai não era uma boa pessoa e certamente não foi um bom pai”. A lembrança que guarda de Kit é de uma presença constante e desagradável em casa, que às vezes desaparecia durante várias semanas e ninguém sentia falta. Para sorte dele, segundo diz “Desapareceu da minha vida quando eu tinha 15 anos”.Macaulay Culkin e Kieran Culkin na estreia do musical Summer of 42′ em Los York Daily News Archive NY Daily News via Getty ImagesEles só se cruzaram novamente uma vez, em 2014, quando Kit assistiu a uma peça de teatro interpretada por Kieran na Broadway e se encontram no camarim. O patriarca dos Culkin estava em um estado físico lamentável depois de ter sofrido um derrame cerebral, algo que não comoveu o ator. “Dane-se ele, não me importo”, comentou sobre o encontro ao The Hollywood à ascensão do irmão ao estrelato e à deriva autoritária do pai quando tinha apenas oito anos influenciou sua visão da fama, que a partir de então ficou associada em sua mente a algo profundamente desagradável. “Não gosto”, explicou à Vanity Fair. “Acho que as pessoas inteligentes e com a cabeça no lugar que experimentam a fama direta ou indiretamente não a querem. Entre minha felicidade pessoal e o sucesso, escolho a primeira, sem dúvida. Se isso me faz sentir mal, qual é o sentido?”.Kieran se lembra de inúmeros acontecimentos desagradáveis relacionados à fama do irmão no início dos anos noventa, como a ocasião em que, enquanto caminhavam pela rua, uma mulher arrancou o boné que Macaulay usava para não chamar atenção. Olhou para ele e começou a gritar “Sim, é ele!”, e depois disse ao menino “Você não é tão fofo”.Lenta aprendizagemA fama de Macaulay e seu abandono posterior ofuscaram os constantes avanços da carreira de ator de Kieran. Uma trajetória que também teve longas interrupções voluntárias que às vezes duravam anos. Em 1991 foi escolhido para interpretar o filho de Steve Martin e Diane Keaton em O pai da noiva. Também estrelou o lacrimogêneo Sempre amigos, já em 1998, ao lado de Sharon Stone. Pelos dois filmes foi indicado ao prêmio Melhores Jovens Artistas, concedido pela mesma organização que entrega o Globo de Snook e Kieran Culkin em uma cena da segunda temporada de Succession’.Em 1999 apareceu em Regras da vida, indicada a vários Oscars naquele ano, mas o papel que fez seu nome começar a aparecer na imprensa e entre os diretores de casting foi a comédia negra A estranha família de Igby 2002. Kieran, então com 19 anos, considera que esse filme —em que trabalhou com Susan Sarandon, Jeff Goldblum e Bill Pullman— inaugurou sua carreira de ator adulto e permitiu que se libertasse, quase definitivamente, do estigma de ser irmão de Macaulay, foi indicado ao Globo de Ouro e recebeu um Critics Choice Award pelo papel. No entanto, embora estivesse cada vez mais convencido de que queria se dedicar à carreira de ator, sua aversão à fama permanecia intacta. “Posso ser ator e não ser famoso?”, perguntou na época à sua agente Emily Gerson desse filme, vieram muitas ofertas. O sucesso deveria tê-lo levado a interpretar papéis mais ambiciosos e conseguir mais indicações, mas Kieran “não estava preparado”, confessou. “Não teria sido capaz de lidar com o sucesso nem com a atenção que teria sido gerada se tivesse continuado minha carreira, então literalmente desisti dela”. Ocasionalmente Kieran saía de seu exílio como ator para interpretar algum papel secundário em filmes como Scott Pilgrim contra o mundo, o clássico cult de 2010, ou peças de teatro como This is our youth, uma história sobre a juventude e os privilégios escrita por Kenneth Lonergan e ambientada na Nova York de três anos depois da estreia de Succession e com a terceira temporada em andamento há algumas semanas, a fama volta a bater às portas de Kieran Culkin. Ela conseguirá agarrá-lo desta vez? “Meus agentes me enviaram quatro roteiros, mas estou tendo dificuldade em lê-los”, contou. “Estou me mudando e estou prestes a ter meu segundo filho. Além disso, estou cuidando do primeiro, então acho que vou tirar uma pequena licença-paternidade”. No momento tudo parece indicar que Culkin continuará empenhado, pelo menos durante um tempo, em encontrar uma brecha no mundo do cinema para conseguir ser ator sem ser celebridade. Ele sabe muito bem o que pode acontecer com alguém que não aqui para receber a newsletter diária do EL PAÍS Brasil reportagens, análises, entrevistas exclusivas e as principais informações do dia no seu e-mail, de segunda a sexta. Inscreva-se também para receber nossa newsletter semanal aos sábados, com os destaques da cobertura na semana.
Keduaputra Kiai Arwani sendiri, yakni KH Ulin Nuha dan KH Ulil Albab selain alim juga ahli Qur'an. Mereka hafal Al-Qur'an hingga masing-masing tuntas mengaji secara tatap muka (musyafahah) dengan tujuh macam bacaan imam (qira'at sab'ah) kepada ayahandanya sendiri. Merasa penasaran atas apa amalan yang dilakukan oleh Kiai Arwani Amin sehingga
UlinNuha Arwani patut kita renungkan. "Sing luwih waspodo kalih fitnahe corona, amargi langkung ageng fitnahe tinimbang wabahe." Demikian kiai sepuh dari Kudus, Jawa Tengah, itu berpesan. Maksudnya jelas, yang juga harus lebih diwaspadai adalah fitnah berkaitan dengan corona, karena ternyata fitnahnya itu justru lebih besar daripada wabahnya.
TheCharisma Leadership Style of Kyai Haji Arwani Amin to his leadership style when he was in leading position is JICSA Volume 02- Number 01, June 2013 63 included. The two sons are KH Ulin Nuha and KH Ulil Albab who carry on the struggle AA in managing the Quranic boarding school he founded. They were assisted by KH Muhammad
Kudus- Sabtu , (8/12) pagi terpancar kebahagiaan dari wajah sebanyak 31 santriwati penghafal Al - Qur'an dan para orang tuanya saat menghadiri Haflatul Hiddzaq (Wisuda) ke V1 Pondok Tahfifidh Putri Anak anak (PTPA) Yanaabii'ul Qur'an Karangmalang Kecamatan Gebog.- Sabtu , (8/12) pagi terpancar kebahagiaan dari wajah sebanyak AwiNP0.
  • 5n8wii558c.pages.dev/878
  • 5n8wii558c.pages.dev/50
  • 5n8wii558c.pages.dev/765
  • 5n8wii558c.pages.dev/509
  • 5n8wii558c.pages.dev/980
  • 5n8wii558c.pages.dev/336
  • 5n8wii558c.pages.dev/967
  • 5n8wii558c.pages.dev/331
  • 5n8wii558c.pages.dev/241
  • 5n8wii558c.pages.dev/507
  • 5n8wii558c.pages.dev/722
  • 5n8wii558c.pages.dev/526
  • 5n8wii558c.pages.dev/835
  • 5n8wii558c.pages.dev/489
  • 5n8wii558c.pages.dev/561
  • kyai ulin nuha arwani