Sun 04/06/2006 - 5:50pm — godam64. A. Arti Doa / Do'a. Doa adalah memohon atau meminta suatu yang bersifat baik kepada Allah SWT seperti meminta keselamatan hidup, rizki yang halal dan keteguhan iman. Sebaiknya kita berdoa kepada Allah SWT setiap saat karena akan selalu didengar olehNya.
Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik Allah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab 70-71] Dalam ayat lain disebutkan. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat 12] Allah juga berfirman. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, yaitu ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs” [Qaf 16-18] Begitu juga firman Allah Ta’ala. وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab 58] Dala kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya” Allah Azza wa Jalla berfirman. وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” [Al-Israa 36] Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُم ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ سَيْئًا وَأَنْ تَعتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّ قُواوَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَشْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali agama Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala berkata tanpa berdasar, banyak bertanya yang tidak berfaedah serta menyia-nyiakan harta” [1] Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُهُ “Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. Dalam hal ini, hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” [2] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim dengan lafaz. إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir hadits no. 65 dengan lafaz seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh tulisan”. Oleh karena itu, dalam sebuah sya’ir disebutkan Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya Tanganku kan lenyap, namun tulisan tangannku kan abadi Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda. مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ “Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan. Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam” Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”. Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya. Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”. Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang hasan shahih. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda. وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَ مَنَا خِرِهِِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ “Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?” Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu’adz. يَا نَبِّيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَا خَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ “Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan ?” Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits ini dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam II/147, “Yang dimaksud dengan buah lisannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram. Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam. Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan menunai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam Sesuatu yang jelek dari ucapan maupun perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan”. Beliau juga berkata dalam kitab yang sama “Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya”. Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, “ Seseorang yang menganggap bahwa lisannya bisa membawa bencana sering saya dapati baik amalan-amalannya”. Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda. أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وًِصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. Beliau menimpali, Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi. بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلٌ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ “Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya” Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim [4] dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar Idul Adha. Dalam khutbah tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, “Hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri Haram”. Beliau bertanya lagi, “Bulan apakah ini ?” Mereka menjawab, “Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau bersabda. فَإِنَّ دِمَا ئَكُمْ وَ أَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُم حَرَامٌ، كَحُرمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِ كُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا، فَأَعَادَهَا مِرَارًا، ثُمّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟ “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian merampasnya sebagaimana haramnya ; hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu berkata, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan perintah-Mu? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan perintah-Mu ?” Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, Oleh karena itu, hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher”. Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِشْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لآَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا “Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun” Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib I/65 mengomentari hadits. إِذَا مَاتَ الْإنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ إِحْدَى ثَلاَثٍ ... “Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst” Beliau berkata, “Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits. مَنْ سَنَّ سُنَةً حَسَنَةً أَوْ سَيِّئَةً “Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….” Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda. إِنَّاللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ “Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi”
Doapun tak putus dipanjatkannya, tetapi keadaan masih tetap sama. Anaknya makin jarang pulang. Kalaupun pulang, kerjanya hanya marah-marah dan meminta sejumlah besar uang. Tak tahan dengan keadaan yang dihadapi, Alin mencurahkan isi hati pada kakaknya. Saat itulah, kakaknya memberi tahu dan mengajarkan tentang doa profetik.
Perkataan adalah Doa "Kullu Kalam Addu'a" Agama Islam - Perkataan ataupun tutur kata memang bisa mencerminkan jati diri seseorang. Sebagaimana pepatah Jawa mengatakan "ajining diri ono ing kedaling lathi". Oleh sebab itu kita mengenal adanya tata krama dalam hal berbicara. Dari berbicara inilah terkadang keluar kata-kata yang bisa menjadi bumerang buat diri kita sendiri. "Mulutmu harimaumu" begitu diistilahkannya. Dari segi agama Islam khususnya, tata krama dalam hal berbicara juga dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW mengatakan "Kullu kalam addu'a" yang berarti setiap perkataan adalah do'a. Entah itu perkataan yang baik ataupun yang buruk, sama-sama mengandung unsur do'a bagi yang mengucapkannya. Setiap perkataan adalah do Lantas bagaimana dengan perkataan Ketua Umum PD Partai Demokrat Anas Urbaningrum beberapa hari lalu? Demi membantah tudingan keterlibatan beliau atas kasus korupsi proyek wisma atlet dan Hambalang, Pak Anas dengan pasti berkata "Kalau ada satu rupiah saja Anas korupsi wisma atlet dan Hambalang, gantung Anas di Monas!". Apakah ini juga sebuah do'a? Kasus korupsi proyek wiswa atlet sendiri saat ini masih dalam proses di pengadilan Tindak Pidana Korupsi Tipikor dengan terdakwa M Nazaruddin yang notabene merupakan mantan bendahara PD. Beberapa kali sidang dengan menghadirkan beberapa saksi telah berjalan. Entah berapa kali pula nama Pak Anas disebutkan dalam sidang-sidang tersebut. Berbagai pro dan kontra juga turut meramaikan jalannya sidang kasus tersebut. Yang terakhir tentu saja menyoal ketidak hadiran Mindo Rosalina Manulang saat akan dikonfrontasi dengan Angelina Sondakh dengan alasan sakit, tetapi tanpa surat keterangan sakit dari dokter. Banyak masyarakat awam khususnya yang bingung mengikuti kasus yang satu ini. Baca Juga Pengertian Riba, Hukum dan Dalilnya dalam Al Quran Tips Rumah Tangga Bahagia Jauhi 8 Sifat Istri yg Dibenci Suami Ciri-Ciri Wanita Sholehah yang diIdam-Idamkan Laki-laki Sholehah Penegak hukum yang seyogyanya berdiri di tengah-tengah seolah justru makin mengaburkan "arti hukum" itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana kualitas hukum kita saat ini. Terlebih jika menyangkut soal "korupsi". Entah sudah berapa kasus yang membebaskan para tersangka korupsi di negeri ini. Sehingga menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat. Tak ayal muncul tragedi pembacokan seperti yang dilakukan oleh Deddy Sugarda terhadap Sistoyo di pengadilan Tipikor Bandung beberapa waktu lalu. Saat ini rakyat hanya bisa berkata "Kullu kalam addu'a". Pengadilan dan proses hukum oleh Pengadilan Tipikor memang akan membuat keputusan apakah Pak Anas bersih atau tidak terlibat dalam kasus tsb. Namun tetap ada yang lebih kuasa dari sekedar pengadilan Tipikor. Dialah yang berkuasa atas langit dan bumi. "Kullu Kalam Addu'a"
Perkataanadalah sebagian dari doa. Begitulah kira-kira sebuah pepatah yang seringkali saya dengar dari Ibunda tercinta ketika saya masih kanak-kanak. Beberapa bahkan mengatakan bahwa setiap perkataan adalah doa merupakan sebuah hadits. Namun hingga tulisan ini dibuat, saya pribadi belum menemukan sumber kuat yang mengatakan bahwa hal tersebut
Kata orang “Mulutmu Harimaumu, yang akan menerkammu”. Rasulullah Shallallahu’alaihiws allam bersabda” Yang dikatakan muslim itu adalah manusia selamat dari bahaya lidah dan tangannya”. Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”. Terkadang kita sebagai manusia yang penuh dengan segala kekurangan dan kelebihan, akan selalu dihadapi dengan segala macam problematika kita menghadapi berbagai benturan yang sama sekali kehadirannya tidak diundang dan tidak terbersit dalam pikiran kita, dimana segala yang terjadi diluar prediksi kita sebelumnya. Disaat kita sedang menyupir mobil kita , tiba-tiba ditengah jalan ada saja mobil yang menyecocos, hal ini akan menimbulkan rasa sakit dihati kita, maka seringnya terjadi keluar kata-kata yang kurang enak kedengaran sama sekali ditelinga siapa saja mendengarnya, cacian makian akan keluar dari mulut kita dari lidah kita yang katanya tidak bertulang itu. Ketika seorang ibu, melihat kenakalan anak-anaknya, tanpa disadari juga keluar kata-kata yang sama sekali seharusnya hal itu tidak pantas dikeluarkan dari mulut seorang ibu terhadap anaknya” Anak sialan, anak kurang ajar, anak tak tau diuntung, bodoh..dsbnya…”, seorang ibu kurang menyadari akan sabda Rasulullah ” Kullu kalam addu’a, setiap perkataan itu adalah merupakan do’a”.Astagfirullaha ladziim, semoga kita bertaubat bila hal ini terlanjur kita keluarkan disaat-saat emosi kita datang. Disaat seorang istri atau suami merasa disakiti pasangannya, tanpa disadari akan keluar cacian makian, baik kepada pasangannya, ataupun musuhnya, semua itu keluar dengan perasaan emosi yang amat sangat, tanpa kita bisa menyadari, dan berusaha mencoba melatih diri kita untuk bisa menahan emosi, karena, Rasulullah bersabda “ Bukanlah dikatakan berani bagi mereka yang dapat mengalahkan musuhnya, yang bisa merasa memang atas sebuah pertikaian, perkelahian ,Yang dikatakan berani itu adalah mereka yang bisa menahan dirinya ketika dalam keadaan marah”. Kita jarang, atau kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa yang dikatakan sabar atas segala musibah adalah mereka yang bisa bersabar disaat menghadapi problema pertama sekali datang, bukan setelah itu. Hal ini dapat kita lihat dari sebuah hadits, dari cerita seorang ibu yang menghadapi musibah akan kematian keluarganya, saat itu Rasulullah memberikannya nasihat agar bersabar, apa kata perempuan itu pada Rasulullah, ” Anda tidak tau apa-apa”, setelah rasulullah menghilang, diberitahukanlah kepada [perempuan itu bahwa yang menegurnya tadi adalah Rasulullah, dan ia datang kepada Rasulullah, apa jawab Rasulullah”Sesungguhnya dinamakan kesabaran itu adalah sabar ketika menghadapi goncangan yang pertama sekali.” November 17, 2009 - Posted by Ilmu islam, Islam, Pikiran Belum ada komentar.
Untukmendapatkan suatu data yang akan terjadi agar sesuai dengan doa adalah dengan cara: Membuat doa tertulis (wishlist/goals/what to do) dalam jangka waktu berkala (satu hari kedepan, satu minggu kedepan, satu bulan kedepan, 3 bulan kedepan, 6 bulan kedepan, satu tahun kedepan, 5 tahun kedepan, dst.) Pandang doa tertulis ini setiap bangun Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berfikir sebelum berucap, itulah yang biasa dilakukan oleh orang yang bijaksana. Yang sejatinya akan berkata "hati-hati dengan kata-kata, karena perkataan adalah doa". Hal ini tampaknya hampir disadari oleh semua orang, meski kenyataannya banyak yang hanya sekedar tahu dan tidak menerapkannya. Kendati demikian, masih saja banyak yang "termakan" oleh kata-kata karena apa yang mereka katakan menjadi kenyataan. Biasanya orang mengatakan perkataan kotor di saat mereka sedang marah atau emosi. Sering kita lihat seorang ibu, melihat kenakalan anak-anaknya, lantas tanpa disadarinya, keluarlah kata-kata yang seharusnya tak pernah keluar dari mulut seorang ibu terhadap anaknya. Atau seseorang yang mendoakan hal yang buruk pada seseorang yang ia benci. Malah karena begitu putus asa, ada orang yang suka mengeluh hingga mengatakan hal yang buruk untuk diri sendiri. Pernahkah Anda mendengar pernyataan ini? "Rongga mulut manusia kecil tapi lebih luas dari kebun ragunan, masa sihh hehehe. Dari setiap perkataan kotor yang kita keluarkan maka akan mengandung resiko yang sangat besar. Bila kita memaki orang dengan perkataan kotor maka kita akan menerima makian dan pukulan bila orang yang kita maki itu tidak terima. Baca juga 5 Makna Mendalam tentang Ucapan "Terima Kasih" Perkataan yang sia-sia. Barangsiapa mengetahui waktunya yang merupakan modal utamanya, maka dia akan menggunakannya hanya untuk perbuatan yang bermanfaat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Diantara kebaikan Islam sesorang adalah meninggalkan apa yang tidak diperlukannya."HR. At-Tirmidzi. Salah satu perbuatan yang sering kita lakukan adalah berbohong, berapa banyak kebohongan yang telah kita lakukan. Sedikit sedikit dapat menjadi bukit, walaupun berbohong merupakan dosa kecil, tetapi apabila dilakukan terus menerus dapat menjadi dosa besar. Hal lain yang sering dilakukan manusia adalah menghibah orang lain, ini adalah perbuatan yang sering terjadi dimasyarakat akibat tidak menjaga lidahnya. Oleh karena itu lidah hendaklah diawasi supaya hidup tenteram, aman dan damai. Sikap tidak menjaga lidah bukan saja menimbulkan kemarahan orang yang mendengarnya, malah menimbulkan implikasi buruk kepada hubungan sesama manusia dan mengakibatkan seseorang itu menjadi muflis di akhirat. Sehingga kita harus benar benar menjaga lisan kita agar kita tidak menjadi orang yang merugi diakhirat juga Cinderamata dan Ucapan Terima Kasih untuk Kepala PPSDM Geominerba Periode 2018-2021 Kuat beribadah dan memiliki pahala yang banyak tidak menjamin terpeliharanya seseorang itu daripada azab Allah SWT jika pada masa yang sama masih tetap melakukan penganiayaan, penindasan dan kezaliman kepada insan lain. Rasulullah SAW bersabda "Yang dikatakan muslim itu adalah manusia yang selamat dari bahaya lidah dan tangannya." Imam Ali berkata"Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya". 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
ArtiDoa / Do'a Doa merupakan suatu permohonan atau permintaan yang bersifat baik terhadap Allah SWT, seperti meminta kesehatan, keselamatan, rezki yang halal dan tabahan dalam menjalani kehidupan. Sebaiknya kita semua meminta atau berdoa kepada Allah SWT setiap waktu, setiap saat, kapanpun dan dimanapun karena selalu didengar oleh-Nya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perkataan ataupun tutur kata memang bisa mencerminkan jati diri seseorang. Sebagaimana pepatah Jawa mengatakan "ajining diri ono ing kedaling lathi". Oleh sebab itu kita mengenal adanya tata krama dalam hal berbicara. Dari berbicara inilah terkadang keluar kata-kata yang bisa menjadi bumerang buat diri kita sendiri. "Mulutmu harimaumu" begitu diistilahkannya. Dari segi agama Islam khususnya, tata krama dalam hal berbicara juga dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW mengatakan "Kullu kalam addu'a" yang berarti setiap perkataan adalah do'a. Entah itu perkataan yang baik ataupun yang buruk, sama-sama mengandung unsur do'a bagi yang mengucapkannya. [caption id="attachment_166136" align="aligncenter" width="447" caption="Setiap perkataan adalah do"][/caption] Lantas bagaimana dengan perkataan Ketua Umum PD Partai Demokrat Anas Urbaningrum beberapa hari lalu? Demi membantah tudingan keterlibatan beliau atas kasus korupsi proyek wisma atlet dan Hambalang, Pak Anas dengan pasti berkata "Kalau ada satu rupiah saja Anas korupsi wisma atlet dan Hambalang, gantung Anas di Monas!". Apakah ini juga sebuah do'a? Kasus korupsi proyek wiswa atlet sendiri saat ini masih dalam proses di pengadilan Tindak Pidana Korupsi Tipikor dengan terdakwa M Nazaruddin yang notabene merupakan mantan bendahara PD. Beberapa kali sidang dengan menghadirkan beberapa saksi telah berjalan. Entah berapa kali pula nama Pak Anas disebutkan dalam sidang-sidang tersebut. Berbagai pro dan kontra juga turut meramaikan jalannya sidang kasus tersebut. Yang terakhir tentu saja menyoal ketidak hadiran Mindo Rosalina Manulang saat akan dikonfrontasi dengan Angelina Sondakh dengan alasan sakit, tetapi tanpa surat keterangan sakit dari dokter. Banyak masyarakat awam khususnya yang bingung mengikuti kasus yang satu ini. Penegak hukum yang seyogyanya berdiri di tengah-tengah seolah justru makin mengaburkan "arti hukum" itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana kualitas hukum kita saat ini. Terlebih jika menyangkut soal "korupsi". Entah sudah berapa kasus yang membebaskan para tersangka korupsi di negeri ini. Sehingga menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat. Tak ayal muncul tragedi pembacokan seperti yang dilakukan oleh Deddy Sugarda terhadap Sistoyo di pengadilan Tipikor Bandung beberapa waktu lalu. Saat ini rakyat hanya bisa berkata "Kullu kalam addu'a". Pengadilan dan proses hukum oleh Pengadilan Tipikor memang akan membuat keputusan apakah Pak Anas bersih atau tidak terlibat dalam kasus tsb. Namun tetap ada yang lebih kuasa dari sekedar pengadilan Tipikor. Dialah yang berkuasa atas langit dan bumi. "Kullu Kalam Addu'a" Lihat Catatan Selengkapnya

Doadalam menghaturkan segehan ini yakni Om sarwa kala preta byo namah (Hyang Widhi izinkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada kala preta seadanya). Setiap menghaturkan segehan lalu disiram dengan tetabuhan. Tetabuhan ini bisa menggunakan air putih yang bersih, atau tuak, brem, dan arak. Dengan cara mengelilingi segehan yang dihaturkan.

Foto net – Alangkah indahnya andai lisan dan tulisan kita senantiasa menghasilkan ucapan dan untaian kalimat-kalimat yang baik. Dengan kalimat yang baik tersebut diibaratkan seperti sebatang pohon yang akarnya kuat mencengkram bumi, sedangkan cabangnya mengangkasa dan menghasilkan dedaunan yang bisa meneduhkan. Ada juga beberapa pohon yang tidak hanya menghasilkan dedaunan, akan tetapi buah-buahan yang bermanfaat. “Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit”. Ada kalanya, kita sering terlena dengan kalimat-kalimat yang kita anggap sebagai sebatas candaan saja. Padahal, kita lupa kalau setiap perkataan bisa menjadi doa. Seperti kisah masa kecil seorang Imam Besar Masjidil Haram berikut ini Pada suatu hari, anak kecil ini berlari-lari, bermain-main di saat ibunya sedang menyiapkan hidangan untuk menyambut tamu yang akan berkunjung ke rumah mereka. Saat hidangan sudah tersaji, anak kecil tersebut membawa pasir di genggamannya. Tanpa berpikir panjang, anak kecil itu melemparkan pasir sehingga mengenai masakan yang telah bersusah payah dihidangkan oleh ibunya. Dengan sangat terkejut dan dengan sekuat hati menahan amarah, si ibu langsung berkata, “Semoga Allah merahmatimu dan kelak menjadi Imam Besar di Masjidil Haram!!” Begitulah cara si ibu mengutarakan amarahnya. Wanita salihah itu mengerti sekali bahwa perkataan itu bisa saja sewaktu-waktu menjadi doa. Ternyata, di kemudian hari, ucapan itu menjadi nyata. Anak kecil itu telah menjadi Imam Besar di Masjidil Haram di masa kini. Dialah Imam Assudais, yang bacaan Al-Qurannya dikenal baik di berbagai penjuru dunia. Masya Allah. Aku teringat ketika duduk di bangku SMA. Saat merasakan datang bulan di hari pertama dan kedua, aku selalu merasakan nyeri yang luar biasa. Ketika di asrama, teman-temanku sering mencandaiku karena kondisiku yang terkesan manja setiap datang bulan tiba. Ditingkahi dengan candaan, kami sepakat bahwa siapapun yang sedang datang bulan akan disebut dengan blooding pendarahan. Saat itu, aku izin pulang dari sekolah karena rasa nyeri yang tidak bisa diajak kompromi. Saat guru menanyakan alasanku ingin segera kembali ke asrama, serentak teman-teman perempuanku menjawab, “Blooding, Pak!” Kami sepakat bahwa kata “blooding” bisa mewakili kata datang bulan sebagai kata ganti yang diselingi dengan candaan. Dan bagi kami, itu lucu dan biasa. Sampai akhirnya, saat usiaku tak lagi SMA, bahkan sudah cukup dewasa dan tengah hamil anak keempat. Dengan izin Allah, aku benar-benar merasakan “blooding”. Setiap bulan, aku harus merasakan perihnya pendarahan karena kondisi janin yang kukandung berada dalam kondisi placenta previa totalis. Seluruh ari-ari tumbuh tepat di mulut rahim sehingga menutup jalan lahir. Untuk bergerak sedikit saja, darah segar akan mengalir. Akupun melalui masa-masa kehamilan dengan bolak-balik opname di rumah sakit. Hingga di usia kehamilan hampir tujuh bulan, pendarahan hebat tidak bisa lagi dihentikan. Sakitnya luar biasa. Aku seperti merasa seluruh tubuhku dikuliti. Bahkan aku kira, saat itu malaikat maut akan menjemputku hari itu. Sampai akhirnya, bayiku terpaksa harus dilahirkan segera detik itu juga dengan kondisi jantung dan paru-paru yang belum sempurna. Sejenak, jika mengingat peristiwa blooding tersebut, aku juga akan teringat dengan candaan masa-masa SMA kami dahulu. Ternyata blooding itu sangat menyakitkan dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nyeri datang bulan. Ada sesal ketika dulu menganggap kata “blooding” hanya sebatas candaan. Begitu juga di masa sekarang, masih banyak ucapan atau tulisan yang sering kita anggap biasa dan hanya sebatas candaan. Kita lupa jika perkataan adalah doa. Bisa saja sewaktu-waktu akan Wiken gini cuma membabu aja di rumah. Kata membabu sebenarnya hanya sebatas candaan untuk menggantikan kata beres-beres. Padahal, jika kita benar-benar menjadi babu, pasti tidak semua orang akan siap. Lagipula, remeh sekali nilai yang diperoleh jika hanya sebatas babu di rumah sendiri. Babu hanya mendapat upah berupa gaji. Padahal, tugas beres-beres di rumah bernilai syurga di sisi Allah. Emak piknik dulu ya, biar tetap waras. Kata waras terlalu ekstrem untuk menggambarkan kejiwaan seorang ibu/istri. Seharusnya kata waras diganti dengan “bahagia” atau “tenang” atau yang lain yang lebih positif. Sedih aja jika kesibukan seorang istri dan ibu rumah tangga hampir disejajarkan dengan waras atau tidak waras. Padahal, andai saja pahala berbentuk rumah mewah atau mobil mewah, mungkin kita akan berlomba-lomba untuk melakukan tugas rumah tangga denga hati dan jiwa yang cemerlang. Meski sesungguhnya, balasan atas tugas mengurus rumah tangga telah Allah siapkan ganjarannya berupa hadiah yang istimewa. Hanya saja, hadiah tersebut tidak diserahkan sekarang. Comelnya incess mama. Niat beberapa ibu menyebut anaknya dengan incess sebagai ungkapan bahwa si anak merupakan princess buat ibunya. Namun, ibu tersebut lupa bahwa incess memiliki arti “hubungan intim yang dilakukan oleh sesama saudara kandung”. Naudzubillah min dzalik. Sebaiknya, ibu sebut saja anaknya dengan kata “princess” jika memang maksud ibu demikian. Jangan lagi digunakan kata incess agar anak-anak kita tetap terjaga dari segala hal buruk di kemudian hari. Begitulah dahsyatnya kata-kata yang sewaktu-waktu bisa menjadi doa. Semoga lisan kita tetap terjaga. Seperti kata pepatah, teko akan mengeluarkan sesuai dengan isinya. Demikian juga dengan lisan manusia akan menghasilkan ucapan atau tulisan yang sesuai dengan isi hati manusia tersebut. Mari bijak memilih kalimat karena perkataan adalah doa 😍
EvanglishYusak Berhandus SH, MTh saat memimpin ibadah HUT Yayasan Komunitas Diakonia ke-4 mengatakan, setiap perkataan mengandung kuasa, perkataan adalah doa. Mendasari Khotbah terdapat dalam Kitab Kudus Perjanjian Baru Efesus 6 ayat 10, Belajar dari Nabi Daud yang memerintahkan jiwanya
สร้างสรรค์อัปโหลดวิดีโอ วิดีโอของฉันการวิเคราะห์ข้อมูลการจัดการการโต้ตอบหน้าหลักอนิเมะกำลังมาแรงหมวดหมู่ไลฟ์สดเข้าสู่ระบบเพื่อดูเนื้อหาที่ติดตามเกี่ยวกับเราติดต่อเราดาวน์โหลดแอปข้อกำหนดการให้บริการนโยบายความเป็นส่วนตัวการร้องเรียนการละเมิด© 2023 Bilibili ข้อเสนอแนะ รายงาน17 วิว28/02/2023Sayur Day 0 แฟนคลับ 7 วิดีโอวีดีโอแนะนำสำหรับคุณทั้งหมดอนิเมะ330อนิเมชั่นที่โปรดชื่อไมค์10 วิว113Just วิว129Lookism Season 2 วิว112Madara berulah lagi 😂 วิว748Setelah Dikhianati Atau Diintimidasi, MC Kemudian Kembali Dengan Kemampuan วิว246Encanto 2 Teaser Trailer Disney's Encanto 2 Trailer Disney+ConceptETHITOPIA วิว232pustahan uulit ulitin mong panuodin วิว239Black Clover Episode 171 Release Situation And Movie New UpdatesLiaM - วิว137When Your Parents Are Former วิว1029An E-Rank Hero Possesses The Strength Of An SS Rank วิว12740AVATAR Cinematic Game วิว5947Pinocchio Episode 2 วิว527Sonic the Hedgehog 3 2023 5 Pitches for the SequelShadic's วิว216Lee Min Ho and Kim Go Eun Wedding Day FMVLee Min วิว137real voice of DR. JOSE PROTACIO RIZAL MERCADO Y ALONZO REALONDA from yt วิว44328Danmachi full episode Tagalog วิว016noon pangarap ko maging seaman pero ngayun gusto ko nalang maging bata😋 วิว13833The King's Avatar วิว115The Reincarnation of the Strongest Onmyouji in Another World - Official Trailer วิว5949Pinocchio Episode 5 วิวหน้าหลัก>setiap perkataan adalah doa>คอมเมนต์ ส่งไม่พบอะไรเลย
PerkataanAdalah Doa, Wanita Ini Jadi Pengantin Usai Jadi Bridesmaid bridesmaid yang merupakan teman-teman dekatnya ini mendampingi pengantin wanita di hari bahagianya dan menjadi ratu sehari.
Sáng tạoĐăng video Quản lý videoPhân tích dữ liệuQuản lý tương tácTrang chủAnimeThịnh hànhMục lụcTrực tiếpĐăng nhập để xem nội dung liên chúng tôiLiên hệ chúng tôiTải ứng dụngĐiều khoản sử dụngChính sách riêng tưKhiếu nại vi phạm© 2023 Bilibili Phản hồi Báo xấu17 Lượt xem28/02/2023Sayur Day 0 Người theo dõi 7 VideosĐề xuất cho bạnTất cảAnime1640Đấu Phá Thương Khung Phần 5 Fights Break Sphere SS5 Tập 18 [THUYẾT MINH]ĐẤU PHÁ THƯƠNG KHUNG8 Lượt xem020biết là mình thích nhauAnhKiet!16 Lượt xem2336Kikai Sentai Zenkaiger – Chiến đội Cơ giới Zenkaiger Tập 6 [VIETSUB]Siêu Nhân các kiểu7 Lượt xem031[Kimetsu Yaiba]SAKAMOTO_HIROKO13 Lượt xem2733Pacific Rim - The Black SS1 Tập 5 - Trốn khỏi Bogan [VIETSUB]Anime Hardcore14 Lượt xem024cách bay bằng chân =animeBTR12 Lượt xem015mui khó chơi lắm ó😤😤😤nhi_pham7 Lượt xem015Bawal Lượt xem115The Reincarnation of the Strongest Onmyouji in Another World - Official Trailer Lượt xem141Attack on Titan Season 4 Part 2 - Official Trailer January, 2022 Lượt xem22260 PESOS TIPID BUDGET ULAM STIR FRY CABBAGE! MURANG ULAM RECIPE!Murang Lượt xem10445 Reasons Why Japanese shouldn't Come to The Lượt xem112Madara berulah lagi 😂 Lượt xem328Long and Wet Kiss in Dress Room 把女主摁倒在椅子上開始濕吻霸總突然出現讓她意外又驚喜 _ 他在逆光中告白 Lượt xem2344Black Clover Episode 100 Lượt xem212Anime Hype Mix! Perfectly Synced Up!!! Lượt xem5948Pinocchio Episode 9 Lượt xem827Mc Merupakan Player Level MAX Yang Terjebak Dalam Dunia Lượt xem408Chainsaw Man Episode 4 .. - Makima Ingin Denji dan Power Hidup BersamaJunior Anime Indonesia Lượt xemTrang chủ>setiap perkataan adalah doa>Bình luận GửiKhông thấy gì đâu
SolatSebagai Asas Disiplin Diri. 'Solat' daripada sudut bahasa adalah doa atau memohon kebajikan dan juga pujian. dalam syarak, solat adalah perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir beserta niat dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Solat juga penghubung antara seseorang hamba dengan
Dijawab oleh Surahman Yatie, Lc. Pertanyaan Afwan ustaż, sering kita dengar “setiap perkataan adalah doa”, apakah ini adalah hadiṡ Nabi ﷺ? Mohon pencerahannya . Kurnia Wahyuni di Baubau, Sulawesi Tenggara Jawaban Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan umatnya agar selalu menghiasi diri dengan al-akhlaq al-karimah, berperangai baik, dan berbudi pekerti luhur, baik dalam perbuatan maupun dalam ucapan. Sopan dalam bertutur kata merupakan cerminan dari pancaran cahaya iman dalam diri seorang muslim. Santun dalam berbahasa adalah tanda sempurnanya Islam dalam jiwa seorang manusia. Secara lafziyah kalimat “setiap perkataan adalah doa” bukan hadis Nabi ﷺ, tapi ini adalah pepatah atau peribahasa, seperti “mulutmu harimaumu”, dan “tajam lidah dari pedang.” Peribahasa semacam ini mengandung makna nasihat agar setiap orang menjaga lisannya, berhati-hati dalam setiap ucapannya, serta berupaya agar yang terlahir darinya adalah ungkapan-ungkapan yang sarat akan kebaikan dan kebenaran. Makna seperti ini sangat sesuai dengan banyak hadis Nabi ﷺ. Sebagai contoh kami sebutkan beberapa hadis berikut ini, عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَالتِّرْمِذِي وَابْنُ مَاجَهٍ Artinya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba bisa mengucapkan sebuah kalimat yang diridai Allah, ia tidak terlalu menghiraukannya, namun dengannya Allah mengangkat derajatnya kemuliaannya. Dan sungguh seorang hamba dapat mengucapkan sebuah kalimat yang dimurkai Allah, ia tidak terlalu menghiraukannya, namun dengannya Allah mencampakkannya ke dalam neraka Jahannam”. HR. al-Bukhari, al-Tirmiżī dan Ibnu Majah Demikian pula makna yang senada dengan peribahasa di atas, terdapat dalam sabda Rasulullah ﷺ berikut ini عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ» رَوَاه ُالتِّرْمِذِي وَأَحْمَدُ Artinya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya seseorang bisa mengucapkan satu patah kata yang menurutnya tidak ada dampak apa-apa, tapi dengan kalimat itu ia jatuh ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun”. HR. al-Tirmizi dan Ahmad عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ Artinya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba terkadang mengucapkan kalimat tanpa ia teliti apa dampaknya, karenanya ia terlempar ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” HR. Muslim Dari hadis-hadis di atas dapat dipetik beberapa faedah sebagai berikut Penting untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, karena ucapan yang terlontar dari lisan bagai anak panah yang lepas dari busurnya, tidak dapat ditarik kembali. Ketika menjelaskan hadis pertama di atas, Ibnu Hajar al-Asqalānī w. 852 H menukil penjelasan Imam al-Nawawī w. 676 H, sebagaimana berikut وَقَالَ النَّوَوِيُّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ حَثٌّ عَلَى حِفْظِ اللِّسَانِ فَيَنْبَغِي لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْطِقَ أَنْ يَتَدَبَّرَ مَا يَقُولُ قَبْلَ أَنْ يَنْطِقَ فَإِنْ ظَهَرَتْ فِيهِ مَصْلَحَةٌ تَكَلَّمَ وَإِلَّا أَمْسَكَ فتح الباري 11/311 Maknanya Imam al-Nawawī w. 676 H menjelaskan bahwa hadis ini mengandung anjuran untuk menjaga lisan. Maka sepantasnya setiap orang berpikir lebih dulu apa yang akan ia ucapkan, jika ada kebaikannya maka ia ucapkan, jika tidak maka hendaknya ia menahan diri.[1] 2. Membiasakan diri untuk bertutur kata yang baik adalah suatu amal salih yang Allah ﷻ ridai. Oleh karena itu, orang yang senantiasa berupaya agar perkataannya baik, maka seluruh langkah hidupnya akan menjadi baik, Allah ﷻ berfirman dalam QS. al-Ahzab/33 70 dan 71, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Artinya Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amal-amalmu, dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar. QS. al-Ahzab/33 70-71 3. Orang yang memiliki kebiasaan berbicara buruk, suka mencaci, mencela, menghina, mengutuk, dan berkata-kata kotor, sesungguhnya dia sedang mengundang murka Allah ﷻ atas dirinya. Dalam sebuah hadis disebutkan عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها، زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ عَنِ النَّبِي ﷺ قَالَ كَلَامُ ابْنِ آدَمَ عَلَيْهِ لَا لَهُ، إِلَّا الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَذِكْرَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ» رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهٍ وَضَعَّفَهُ الأَلْبَانِي Artinya Dari Ummu Habibah radhiyallahu anha Istri Nabi ﷺ, Nabi ﷺ bersabda, “Ucapan anak Adam itu akan kembali dengan membawa bencana untuknya, tidak membawa keberuntungan baginya, kecuali ucapan amar ma’ruf ajakan kepada kebaikan, nahi mungkar seruan meninggalkan keburukan, dan berzikir kepada Allah ﷻ. HR. Ibnu Majah dan dinilai daif oleh Albani 4. Baik-buruk sebuah ucapan akan kembali kepada pengucapnya, jika ucapannya bernilai kebaikan, maka ia mendapat ganjaran dan pahala, jika ucapannya bernilai keburukan maka ia akan menanggung akibat dan dosanya. Oleh karena itu, ucapkanlah yang baik atau diam. Rasulullah ﷺ bersabda, عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ Artinya Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan ia mengganggu tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” HR. al-Bukhari dan Muslim عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ صَمَتَ نَجَا» رَوَاه ُالتِّرْمِذِي وَأَحْمَدُ Artinya Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang banyak diam, niscaya ia akan selamat.” HR. al-Tirmiżī dan Ahmad Dalam Ihya Ulum al-Din Imam al-Ghazālī w. 505 H berkata, “Barang siapa yang memperhatikan bahaya penyakit yang disebabkan lisan, dia pasti memahami manfaat sabda Nabi ﷺ, “Barangsiapa yang banyak diam, niscaya ia akan selamat.”. . . Maka jika engkau belum sanggup menjadi pembicara yang baik, jadilah engkau orang yang selamat dengan banyak diam.”[2] 5. Lurusnya lisan dapat mengantarkan manusia ke surga Allah ﷻ, melencengnya lisan dapat menjerumuskannya ke dalam neraka. عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، رَفَعَهُ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَأَحْمَدُ Artinya Dari Abu Sa’id al-Khudrī -ia memarfukkannya- berkata, “Apabila seorang manusia berada di waktu pagi, maka seluruh anggota tubuhnya menutupi kesalahan lisan lalu berkata, bertakwalah kamu kepada Allah untuk kami, sebab kami tergantung kepadamu, apabila kamu lurus, maka kami pun akan lurus, dan apabila kamu melenceng, maka kami pun akan melenceng.” HR. al-Tirmizī dan Ahmad Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda, عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ Artinya Dari Sahl bin Saad radhiyallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang dapat menjamin bagiku kesucian sesuatu yang berada di antara dua rahangnya mulut dan di antara kedua kakinya kemaluan, maka aku akan menjamin baginya surga”. HR. al-Bukhari Menjelaskan hadis di atas, Ibnu Bathal rahimahullah berkata, دَلَّ الْحَدِيثُ عَلَى أَنَّ أَعْظَمَ الْبَلَاءِ عَلَى الْمَرْءِ فِي الدُّنْيَا لِسَانُهُ وَفَرْجُهُ فَمَنْ وُقِيَ شَرَّهُمَا وُقِيَ أَعْظَمَ الشَّرِّ Maknanya Hadis ini menunjukan bahwa cobaan terbesar dalam diri seseorang adalah lisan dan kemaluannya. Karenanya, orang yang dijaga Allah dari keburukan keduanya, sungguh dia telah dijaga dari keburukan dosa yang sangat besar.[3] 6. Dampak dari keridaan Allah ﷻ terhadap hamba-Nya dapat dirasakan oleh manusia-manusia yang berada di sekitarnya, seperti dalam sabda Rasulullah ﷺ, عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ Artinya Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Nabi ﷺ bersabda, “Seorang muslim yang sempurna Islamnya adalah yang orang lain merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya, seorang berhijrah yang sebenarnya adalah orang yang sanggup meninggalkan segala apa yang Allah larang. HR. al-Bukhari dan Muslim Semoga artikel yang membahas ucapan atau berkataan adalah doa ini bermanfaat, wallau ta’ālā a’lam. Footnote [1] Ibnu Hajar al-Asqalānī, Fathu al-Bārī Syarhu Shahīh al-Bukhārī, Beirut Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz 11, h. 311. [2] Muhammad bin Muhammad al-Ghazālī, Ihyā’ Ulūmi al-Dīn, cet. Bairut Daru al-Ma’rifah, juz. 3, h. 126. [3] Ibnu Hajar al-Asqalānī, Fathu al-Bārī Syarhu Shahīh al-Bukhārī, juz 11, h. 310.
slB6b6Q.
  • 5n8wii558c.pages.dev/734
  • 5n8wii558c.pages.dev/549
  • 5n8wii558c.pages.dev/524
  • 5n8wii558c.pages.dev/486
  • 5n8wii558c.pages.dev/37
  • 5n8wii558c.pages.dev/533
  • 5n8wii558c.pages.dev/748
  • 5n8wii558c.pages.dev/116
  • 5n8wii558c.pages.dev/331
  • 5n8wii558c.pages.dev/359
  • 5n8wii558c.pages.dev/17
  • 5n8wii558c.pages.dev/166
  • 5n8wii558c.pages.dev/637
  • 5n8wii558c.pages.dev/1
  • 5n8wii558c.pages.dev/166
  • setiap perkataan adalah doa